Diam justru lebih berbahaya karena membuat kesalahan menjadi kebiasaan, dan kebiasaan buruk akhirnya menjadi budaya. | POSBANDUNG.COM

Diam justru lebih berbahaya karena membuat kesalahan menjadi kebiasaan, dan kebiasaan buruk akhirnya menjadi budaya.

Kabupaten Tangerang, posbandung.com

Dalam tatanan demokrasi, media memiliki peran penting sebagai penyeimbang antara kekuasaan dan nurani publik.

Media bukan hanya sebagai penyampai kabar, tetapi juga sebagai kontrol sosial yang mengawasi jalannya pemerintahan dan memastikan bahwa kekuasaan tidak disalahgunakan.

Bentuk Cinta dan Kepedulian,Kritik media seringkali disalahartikan sebagai gangguan atau serangan terhadap pemerintah. Padahal, kritik adalah bentuk cinta dan kepedulian yang paling tulus dari insan pers terhadap negeri yang mereka cintai.

Kritik bukanlah peluru yang melukai, tapi cermin yang menampakkan apa adanya.

Sebagi penyeimbang dalam mengawasi Kekuasaan,Media harus berani menulis tentang dugaan kejanggalan, kekurangan, atau kelalaian bukan sedang menyerang, tapi sedang mengingatkan.

Diam justru lebih berbahaya karena membuat kesalahan menjadi kebiasaan, dan kebiasaan buruk akhirnya menjadi budaya.

Walaupun bermitra dengan salah satu internal ataupun pelayanan publik sejatinya harus sehat dan harus berani mengkritik untuk evaluasi.

Kemitraan antara media dan pemerintah haruslah melahirkan kolaborasi untuk kebaikan publik, bukan konspirasi untuk saling menutup mata.

Media yang berani bicara sesungguhnya sedang berjuang agar generasi berikutnya tidak hidup dalam kebohongan yang sama.

Dalam peraturan perundang-undangan semua nya telah diatur tentang fungsi pers seperti dalam : Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers: Pasal 4 ayat (1) menyatakan bahwa pers nasional mempunyai fungsi sebagai kontrol sosial dan pengawas jalannya pemerintahan.

Kode Etik Jurnalistik: Pasal 1 menyatakan bahwa wartawan Indonesia menjunjung tinggi profesionalisme dan integritasnya.

Darisegi Agama juga sering disampaikan manfaat dan fungsi pers dalam roda demokrasi, Karena mengingatkan pentingnya keberanian moral dalam menyampaikan kebenaran.

Dalam ajaran agama Islam disebut kan menyampaikan kritik itu bagian dari amar ma’ruf nahi munkar.

Rasulullah Saw mengajarkan untuk berkata benar di depan kekuasaan.

Maka media yang mengingatkan pejabat bukanlah pengganggu, tapi penjaga moral bangsa,

Jadi jangan disalahartikan kehadi media/ pers bukanlah gangguan namun tapi bentuk cinta dan kepedulian yang paling tulus.

Media yang berani bicara sesungguhnya sedang berjuang agar negeri ini tidak tenggelam dalam kepura-puraan.

Oleh karena itu, jangan buru-buru menilai kritik media sebagai gangguan atau fitnah.

Jadikan itu bahan refleksi. Karena selama kebenaran masih bisa ditulis, harapan untuk perubahan masih hidup.

( Psb daod73 )

[otw_is sidebar=otw-sidebar-7]

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses

Comments are closed.

onetag.com, 7cd9d7c7c13ff36, DIRECT